Kamis, 12 Januari 2012

Label Jelek Beras Bulog Merupakan Ulah Sejumlah Pedagang

PENILAIAN masyarakat akan kualitas beras yang dijual Perum Bulog kerap keliru. Banyak pandangan yang menggap beras yang disalurkan Bulog merupakan berasberas berkualitas rendah dan jelek dengan harga murah untuk kalangan masyarakat miskin (raskin). Padahal, sejatinya beras yang di tangan Bulog berkualitas baik. Label jelek yang selama ini ada merupakan ulah pada pedagang. ’’Beras bulog itu tak seperti beras 3-4 tahun yang lalu.
Kesannya beras Bulog itu kan jelek, sekarang tidak begitu. Bahwa sejak 2010 lalu kami sudah mulai melakukan perubahan cara berpikir, kalau dulu sigle kualitas sekarang multi kualitas. Bulog mengarah ke sana,” kata Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso saat berkunjung ke INDOPOS Selasa (20/12). Anggapan inilah, kata Sutarto, secara perlahan akan diubah.
Karena multi kualitas, maka beras yang dijual Bulog tak hanya beras dengan kualitas 20 persen, yang biasa disalurkan pada operasi pasar untuk raskin. Namun, Bulog juga memiiki beras dengan kualitas 5,10, dan 15 persen. Bervariasinya beras Bulog membuat masyarakat memiliki banyak pilihan. ’’Ini yang kita minta supaya jangan sampai ada monopoli-monopoli atau kartel-kartel di bidang perberasan,’’ ungkapnya.
Bahkan untuk pengadaan beras raskin, Bulog juga tak bisa sembarangan. Menurutnya, volume memang penting tetapi kualitas juga tetap menjadi prioritas. Tanpa mengutamakan kualitas pengadaan beras raskin kualitasnya bisa buruk. Sehingga dia mewant-wanti anak buahnya, pihaknya bakal menerapkan sanksi tegas bagi pegawainya yang bermain-main dalam menerima kualitas beras.
Sutarto mengaku, pusat penjualan beras di Pasar Induk Cipinang belakangan juga mengambil beras dari Bulog. Dari 370 ribu ton beras yang diserap secara nasional, sekitar 100 ribu ton diserap pedagang Pasar Induk Cipinang. Di Cipinang ini, terdapat rumah beras Bulog sebagai tempat untuk memudahkan penyaluran beras Bulog ke pasar-pasar.
Pada rumah beras Bulog disediakan dua merek yang dikeluarkan, yakni ‘Beras Kita’ dan ‘Berindo’. ’’Ini beras komersial Bulog,” ujarnya. Beras Bulog di gudang dihargai Rp 6.100 per kg hingga Rp 7 ribu untuk kelas premium. Dia mengungkapkan, beras Bulog dianggap beras berkualitas buruk oleh sebagian kalangan, itu ternyata hanyalah ulah sebagian pedagang yang terkena imbas dari operasi pasar yang dilakukan pemerintah.
Namun demikian, terkadang bukan hanya pedagang saja yang menolak operasi pasar Bulog. Pemerintah daerah juga ada yang menolak Bulog menyalurkan raskin, seperti yang terjadi di Jawa Timur. Pemda berbeda-beda, ada yang ketika Bulog menawarkan operasi, mereka langsung mengiyakan, tapi ada juga yang menolaknya. Menghadapai situasi demikian, Sutarto menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah. ’’Kasus seperti ini menang sulit, tapi bagi kami itu challenge,” katanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar